Tag: pelestarian budaya

  • Dominasi Warna Merah dalam Pakaian Adat Saibatin Lampung Pesisir

    Dominasi Warna Merah dalam Pakaian Adat Saibatin Lampung Pesisir

    Nusantara – Pakaian adat Saibatin dari masyarakat Lampung pesisir dikenal dengan warna merahnya yang mencolok. Tak hanya sebagai busana tradisional, pakaian ini juga menjadi simbol status sosial dan sarana penyampaian nilai-nilai budaya melalui ragam motif serta ornamen khas.

    Dikutip dari sumber Anugerahslot nusantara, pakaian adat Saibatin biasanya terbuat dari kain beludru berwarna merah yang menjadi warna utama. Dalam budaya Lampung pesisir, warna merah melambangkan keberanian dan kekuatan.

    Pada pengantin pria, busana terdiri atas jas beludru yang dihiasi dengan motif-motif tradisional. Penutup kepala yang dikenakan adalah kopiah tungkus, bagian penting dari pakaian adat ini. Selain itu, kain songket diselempangkan di bahu sebagai lambang kehormatan, dan berbagai aksesori seperti gelang serta kalung turut memperindah tampilan.

    Sementara itu, busana wanita terdiri atas pakaian panjang berbahan beludru yang panjangnya hingga lutut. Mahkota siger dengan tujuh lekukan dikenakan di kepala sebagai simbol tujuh gelar adat dalam masyarakat pesisir. Penampilan dilengkapi dengan selempang jungsarat dari kain songket.

    Motif-motif yang digunakan dalam pakaian Saibatin juga sarat makna. Motif bunga tabur melambangkan kemakmuran, sementara pucuk rebung mencerminkan pertumbuhan yang positif. Garis-garis salur yang mengalir terus-menerus menggambarkan eratnya ikatan kekeluargaan dalam masyarakat Lampung pesisir.

    Proses Pembuatan dan Penggunaan Pakaian Adat Saibatin

    Pembuatan pakaian adat Saibatin melibatkan proses yang cukup rumit. Kain beludru yang menjadi bahan utama dipotong mengikuti pola tertentu, sedangkan kain songket ditenun secara manual menggunakan benang emas atau perak, menciptakan tampilan mewah dan bernilai seni tinggi.

    Tak hanya digunakan dalam prosesi pernikahan, pakaian adat Saibatin juga dikenakan dalam berbagai upacara adat lainnya, seperti khitanan. Di berbagai desa pesisir Lampung, pakaian ini kerap dipakai dalam acara penyambutan tamu kehormatan sebagai bentuk penghormatan dan pelestarian budaya.

    Pakaian adat Saibatin memiliki ciri khas yang membedakannya dari busana adat Pepadun, yang lebih sering didominasi oleh warna putih. Perbedaan juga terlihat dari bentuk siger: siger Saibatin memiliki tujuh lekukan, sedangkan siger Pepadun menampilkan sembilan lekuk, masing-masing melambangkan struktur gelar adat yang berbeda dalam masyarakat Lampung.